Perkembangan dan Sejarah Baju Kurung dan Baju Melayu
Baju Kurung ( باجو ÙƒÙˆØ±ÙˆÚ ) merupakan pakaian tradisional suku Melayu di berbagai negeri seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, serta Thailand. Baju Kurung telah menjadi pakaian tradisional suku-suku Melayu selama berabad-abad lamanya. Di beberapa daerah Baju Kurung digunakan untuk wanita sedangkan untuk laki-laki Baju Melayu. Dan ada juga yang menggabungkan keduanya menjadi Baju Kurung Melayu baik untuk perempuan maupun laki-laki. Gambar 1.1 merupakan contoh Baju Kurung Melayu yang dipakai laki-laki. Berikut Perkembangan dan Sejarah Baju Kurung di Negeri-Negeri Melayu.
Menurut catatan sejarah dari Tiongkok pada abad ke-13 masyarakat Melayu baik lelaki maupun perempuan hanya memakai penutup tubuh bagian bawah. Seiring perkembangannya terjadi perubahan dalam cara berpakaian perempuan Melayu, yaitu melilitkan sarung di dada atau dengan nama lain "berkemban". Celana panjang sudah mulai digunakan dengan panjangnya hanya sedikit dibawah lutut atau dikenal dengan model "Gunting Aceh"
Karena letaknya di wilayah perdagangan pengaruh budaya-budaya asing mulai masuk ke suku-suku Melayu. Para pedagang ini berasal dari Tiongkok, India serta Timur Tengah. Tak hanya berniaga, masyarakat Melayu juga mengadopsi cara berpakaian mereka. Setelah orang-orang Melayu memeluk agama Islam, cara berpakaian mereka juga berubah. Hal ini dikarenakan dalam Islam ada kewajiban menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kesusasteraan Melayu (Malay Annals) pada tahun 1400-an pakaian Melayu digambarkan dengan Baju Kurung, dan sudah menjadi hal yang yang lazim bagi orang Melayu untuk memakai tunik untuk menutupi tubuh mereka.
Berdasarkan buku Pakaian Cara Melayu karang Ismail, S. Z tentang Sejarah Melayu, pada era Sultan Mansur Shah ketika Islam menjadi agama resmi, cara berpakaian orang India yang disebut "pakaian cara keling" secara resmi dilarang.
Dalam buku "Pakaian Patut Melayu", Dato' Haji Muhammad Said Haji Sulaiman mengatakan bahwa baju kurung yang kita kenal sekarang berasal dari masa pemerintahan Sultan Abu Bakar pada tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura (sekarang harbour front).
Contoh baju Melayu pada zaman dahulu dapat dilihat pada Gambar 1.2
Dari sumber sejarah, dikatakan bahwa baju kurung memiliki keterikatan dengan pakaian yang berasal dari Mesir yaitu pakaian 'djallabiyah'. Djallabiyah sendiri memiliki arti baju yang longgar. Baju kurung telah digunakan oleh berbagai etnis di Nusantara, tidak ada yang tahu pasti sejak kapan dan siapa yang memakainya. Contoh Baju Djallabiyah dapat dilihat dari Gambar 1.3.
Beberapa sumber sejarah terkait baju kurung antara lain;
Di sebagian tempat, baju kurung untuk lelaki tidak disebut baju kurung, tetapi disebut baju melayu. Pemakaian Baju Melayu telah dimulai pada saat Kesultanan Melayu Melaka, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah (1424-1444) Sultan Ketiga Kesultanan Melaka. Beliau mengeluarkan sebuah perintah, dimana semua lelaki Melayu yang pergi ke mesjid pada hari Jumat memakai baju yang bersih, memakai tanjak serta memakai wewangian kasturi dan membedakan mereka dengan pedagang India dan Arab pada zaman itu. Menurut Dr. Mohd Rosli Saludin dari Universitas Peguruan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, dahulunya baju melayu pada zaman Melaka di ciptakan agak singkat/ pendek dan ketat seperti baju yang dipakai pesilat. Baru setelah beberapa waktu berubah hingga menjadi sedikit longgar seperti sekarang. Contoh Baju Melayu dapat dilihat pada Gambar 1.6 Baju Melayu Sumatra yang dipakai oleh Putera Melayu dari Rumah Diraja Deli, Langkat dan Serdang kerajaan Sumatera Timur (sekarang Sumatra Utara), Indonesia
Baju Kurung Teluk Belanga tersebar luas pada abad ke-19. Ianya pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Abu Bakar ketika merayakan pindahnya pusat pemerintahan dari Teluk Belanga Singapura (sekarang Harbour Front) ke Tanjung Puteri pada tahun 1866. Tempat itu kini lebih dikenal dengan nama Johor Bahru. Ianya menggabungkan ciri-ciri antara kebudayaan Melayu, Bugis, dan Orang Laut. Sultan Abu Bakar menetapkan bahwa baju perempuan panjangnya hingga bawah lutut, lehernya halus dan tidak bersaku. Sedangkan untuk lelaki panjangnya hingga kebawah punggung dengan leher bertapik lebar dan memiliki dua saku. Leher baju kurung Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 1.7 dan Gambar 1.8.
Pada bagian leher banyak sulaman yang dipadankan, seperti mata lalat, tulang belut serta insang pari. Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu Bakar atas saran dari Jaafar bin Haji Muhammad, pakaian tersebut diubah dengan menambahkan tiga saku pada baju lelaki serta alas lehernya sama seperti perempuan serta untuk baju perempuan ditambahkan satu saku.
Pada Baju Kurung Teluk Belanga pada bagian lehernya dikaitkan dengan satu kancing. Ada dua macam tipe kancing, kancing "garam sebuku" bila diikat dengan sebiji batu. Yang kedua bila menggunakan beberapa batu maka disebut "kunang-kunang" sekebenu. Bagi laki-laki dipakai dengan cara baju dipakai di luar (menutupi) celana dan kain samping. Contoh pemakaian Baju Kurung Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 1.9 dibawah
Pada lelaki ada beberapa tipe celana yang dipasangkan dengan baju kurung. Pada masa itu 'seluar kabul' atau seperti celana Cina tapi pada bagian kaki lebih lebar daripada yang digunakan oleh pakaian barat.
Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu Bakar pada masa pemerintahannya, Jaafar bin Haji Muhammad menetapkan bahwa songkok/ peci hitam dijadikan pakaian Melayu Johor.
Baju Kurung Cekak Musang juga berasal dari Teluk Belanga, Singapura. Pada mulanya ia dinamakan 'baju Wan' diberi nama demikian karena diambil dari seorang penduduk Teluk Belanga yaitu Haji Wan Othman. Suatu ketika, Haji Wan Othman mengenakan baju kurung ketika menghadap raja, yaitu baju cekak musang. Melihat baju yang dipakai Haji Wan Othman begitu indah, diiringi dengan kancing yang dibuat dari emas dan permata, raja terus jatuh hati kepada baju itu. Sejak hari itu, baju Cekak Musang menjadi pakaian bagi anak-anak raja, para pembesar dalam istiadat istana di Johor.
Dalam segi bentuk Baju Kurung Cekak Musang mirip dengan Baju Kurung Teluk Belanga. Perbedaannya terletak pada bagian leher dan kacing. Baju Kurung Cekak Musang memiliki leher yang tegak dan pada bagian belahan depan ditutupi oleh tiga, lima, tujuh atau sembilan anak kancing. Istilah 'cekak musang' merupakan gambaran alami dari leher baju yang bercekak tinggi dengan ukuran 2,5 cm melingkari leher. Bentuk leher dari Baju Kurung Cekak Musang diperkirakan merupakan pengaruh dari budaya India serta timur tengah. Baju ini mulai dipakai di Johor pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu bakar. Contoh leher baju kurung Cekak Musang dapat dilihat pada Gambar 2.0 dan 2.1 dibawah
Baju Kurung Cekak Musang, dianggap lebih resmi dibanding Baju Kurung Teluk Belanga. Dalam hal pemakaian tidak ada perbedaan mendasar antara Baju Kurung Cekak Musang dan Teluk Belanga. Berbeda dengan Baju Kurung Teluk Belanga, Baju Kurung Cekak Musang dimasukkan kedalam kain samping atau dengan kata lain kain samping menutupi baju. Perbandingan antara Baju Kurung Cekak Musang dan Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah.
Baju Gunting Cina merupakan pakaian yang bersifat santai dan biasanya dikenakan dalam kegiatan sehari-hari. Baik dirumah, dalam menyambut tamu, atau pun saat bersilaturahmi ke kerabat. Ia juga bisa digunakan dalam pertemuan tidak resmi dan biasa dilengkapi dengan celana dan songkok. Di Indonesia Baju Gunting Cina juga dikenal dengan Baju Koko. Gambar Baju Gunting Cina dapat dilihat pada Gambar 2.3
Baju kurung juga memiliki beberapa pakaian pelengkap. Pakaian pelengkap ini dipakai bersamaan dengan baju kurung untuk kesempurnaan baju kurung. Ada pakaian pelengkap untuk lelaki dan ada pakaian pelengkap untuk perempuan.
Celana/ seluar panjang; celana panjang yang jatuh di atas pegelangan kaki.
Celana/ seluar Aceh; celana panjang yang jatuhnya diatas betis, sedikit dibawah lutut.
Celana/ seluar katuk; celana yang jatuhnya diatas lutut.
Celana/ seluar sampit; celana yang jatuhnya diatas paha.
Bila seorang lelaki hanya memakai baju kurung dengan sarung tanpa memakai celana disebut dengan istilah "ketumbing". Ketumbing ini biasanya digunakan saat didalam rumah atau untuk pergi ke mesjid atau mushola.
Kain samping merupakan kain sampingan yang juga dipakai bersamaan dengan baju dan celana. Untuk melihat contoh Kain Samping dapat dilihat pada Gambar 2.4
Ada beberapa cara dalam memasang kain samping :
1. Kain Dagang
Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian. Dengan tujuan Ini dimaksudkan untuk melindungi diri dari terik matahari. Bila di dalam ruangan, maka kain dagang diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.
2. Sarung
Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan dengan ikatan "ombak mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-ombak). Lipatan ini ada di bagian kiri atau kanan badan.
3. Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih memakai selendang panjang biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul adalah semacam selendang pendek bersulam, disampirkan di bahu apabila sedang memakai kain dagang sebagai kelengkapan baju kurung.
Sebagai suatu adat dan budaya, baju kurung kaya akan makna. Berikut beberapa makna yang terkandung didalamnya.
Ianya memiliki makna bahwasanya orang yang memakainya di "kurung". Dikurung oleh adat dan syarak yaitu syariat Islam.
Pepatah orang-orang tua Melayu mengatakan,
Apabila memakai pakaian Melayu, jaga pelihara aib dan malu. Apabila memakai baju Melayu, duduk jangan membuat malu, tegak jangan mencari seteru, berjalan jangan mengharu biru, bercakap jangan lidah berbulu.
Beberapa adab yang harus diperhatikan ketika memakai baju kurung, yaitu :
Dalam hal cara pemakaian, juga memiliki makna tersendiri.
Gambar 1.1 Baju Kurung Melayu. Dokumentasi Pribadi |
Sejarah Baju Kurung
Sumber Pertama
Menurut catatan sejarah dari Tiongkok pada abad ke-13 masyarakat Melayu baik lelaki maupun perempuan hanya memakai penutup tubuh bagian bawah. Seiring perkembangannya terjadi perubahan dalam cara berpakaian perempuan Melayu, yaitu melilitkan sarung di dada atau dengan nama lain "berkemban". Celana panjang sudah mulai digunakan dengan panjangnya hanya sedikit dibawah lutut atau dikenal dengan model "Gunting Aceh"
Karena letaknya di wilayah perdagangan pengaruh budaya-budaya asing mulai masuk ke suku-suku Melayu. Para pedagang ini berasal dari Tiongkok, India serta Timur Tengah. Tak hanya berniaga, masyarakat Melayu juga mengadopsi cara berpakaian mereka. Setelah orang-orang Melayu memeluk agama Islam, cara berpakaian mereka juga berubah. Hal ini dikarenakan dalam Islam ada kewajiban menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kesusasteraan Melayu (Malay Annals) pada tahun 1400-an pakaian Melayu digambarkan dengan Baju Kurung, dan sudah menjadi hal yang yang lazim bagi orang Melayu untuk memakai tunik untuk menutupi tubuh mereka.
Berdasarkan buku Pakaian Cara Melayu karang Ismail, S. Z tentang Sejarah Melayu, pada era Sultan Mansur Shah ketika Islam menjadi agama resmi, cara berpakaian orang India yang disebut "pakaian cara keling" secara resmi dilarang.
Dalam buku "Pakaian Patut Melayu", Dato' Haji Muhammad Said Haji Sulaiman mengatakan bahwa baju kurung yang kita kenal sekarang berasal dari masa pemerintahan Sultan Abu Bakar pada tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura (sekarang harbour front).
Contoh baju Melayu pada zaman dahulu dapat dilihat pada Gambar 1.2
Gambar 1.2 Baju Melayu Zaman Dahulu |
Sumber Kedua
Dari sumber sejarah, dikatakan bahwa baju kurung memiliki keterikatan dengan pakaian yang berasal dari Mesir yaitu pakaian 'djallabiyah'. Djallabiyah sendiri memiliki arti baju yang longgar. Baju kurung telah digunakan oleh berbagai etnis di Nusantara, tidak ada yang tahu pasti sejak kapan dan siapa yang memakainya. Contoh Baju Djallabiyah dapat dilihat dari Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Baju Djallabiyah. wikimedia |
Beberapa sumber sejarah terkait baju kurung antara lain;
- Menurut Archjadi Judi (1986), yang memperkenalkan baju kurung di Indonesia adalah para pedagang Islam dan juga India. Namun tak hanya itu, baju kurung juga menerima pengaruh Timur Tengah seperti potongan leher berbentuk tunik. Tunik sendiri merupakan bentuk leher yang dipakai oleh orang-orang Arab zaman dahulu.
- Baju kurung telah menjadi pakaian masyarakat Kesultanan Melayu Melaka, namun pada awalnya baju kurung melayu agak ketat dan sedikit berbeda dengan baju kurung sekarang. Berdasarkan Sejarah Melayu, Tun Hassan Temenggung merupakan orang pertama yang merubah baju kurung terdahulu menjadi seperti sekarang. Untuk melihat ilustrasi perubahan dari waktu ke waktu dapat melihat Gambar 1.4 Garis Waktu Pakaian Melayu Lelaki dibawah
Gambar 1.4 Garis Waktu Pakaian Melayu Lelaki. https://id.pinterest.com/HangPC2/ |
- Menurut Siti Zainon (2006) baju kurung cukup populer di kalangan etnis Melayu. Untuk lelaki berpola pendek sedangkan untuk wanitanya berpola panjang. Kata kurung sendiri bermaksud pakaian yang menutup anggota tubuh. Konsep ini sejalan dengan orang-orang Melayu setelah kedatangan Islam. Pada zaman ini, baju kurung yang memanjang hingga lutut disebut baju kurung saja, dan diperuntukkan untuk wanita. Untuk melihat ilustrasinya dapat melihat Gambar 1.5 Desain Baju Kurung
Gambar 1.5 Desain Baju Kurung. http://disbud.kepriprov.go.id/pakaian-tradisional-baju-kurung/ |
- Tenas Effendy (1989) telah mengumpulkan ungakapan dan petuah orang tua di daerah Riau terkait baju kurung. Baju kurung yang digambarkan ialah baju kurung teluk belanga. Baju kurung yang dijahit, yang tak hanya halus namun juga rapi. Ianya dijahit menggunakan jahitan tulang di bagian leher. Pakaian ini merupakan pakaian yang sopan bagi wanita serta pakaian yang digunakan oleh masyarakat dalam menghadiri pertemuan, majelis serta acara adat lainnya.
Sejarah Baju Melayu
Di sebagian tempat, baju kurung untuk lelaki tidak disebut baju kurung, tetapi disebut baju melayu. Pemakaian Baju Melayu telah dimulai pada saat Kesultanan Melayu Melaka, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah (1424-1444) Sultan Ketiga Kesultanan Melaka. Beliau mengeluarkan sebuah perintah, dimana semua lelaki Melayu yang pergi ke mesjid pada hari Jumat memakai baju yang bersih, memakai tanjak serta memakai wewangian kasturi dan membedakan mereka dengan pedagang India dan Arab pada zaman itu. Menurut Dr. Mohd Rosli Saludin dari Universitas Peguruan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, dahulunya baju melayu pada zaman Melaka di ciptakan agak singkat/ pendek dan ketat seperti baju yang dipakai pesilat. Baru setelah beberapa waktu berubah hingga menjadi sedikit longgar seperti sekarang. Contoh Baju Melayu dapat dilihat pada Gambar 1.6 Baju Melayu Sumatra yang dipakai oleh Putera Melayu dari Rumah Diraja Deli, Langkat dan Serdang kerajaan Sumatera Timur (sekarang Sumatra Utara), Indonesia
Gambar 1.6 Baju Melayu Sumatra yang dipakai oleh Putera Melayu dari Rumah Diraja Deli, Langkat dan Serdang kerajaan Sumatera Timur (sekarang Sumatra Utara), Indonesia. wikimedia |
Jenis-Jenis Baju Kurung dan Baju Melayu
Baju Kurung Teluk Belanga
Baju Kurung Teluk Belanga tersebar luas pada abad ke-19. Ianya pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Abu Bakar ketika merayakan pindahnya pusat pemerintahan dari Teluk Belanga Singapura (sekarang Harbour Front) ke Tanjung Puteri pada tahun 1866. Tempat itu kini lebih dikenal dengan nama Johor Bahru. Ianya menggabungkan ciri-ciri antara kebudayaan Melayu, Bugis, dan Orang Laut. Sultan Abu Bakar menetapkan bahwa baju perempuan panjangnya hingga bawah lutut, lehernya halus dan tidak bersaku. Sedangkan untuk lelaki panjangnya hingga kebawah punggung dengan leher bertapik lebar dan memiliki dua saku. Leher baju kurung Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 1.7 dan Gambar 1.8.
Gambar 1.7 Leher Baju Kurung Teluk Belanga. wikimedia |
Gambar 1.8 Leher Baju Kurung Teluk Belanga.wikimedia |
Pada bagian leher banyak sulaman yang dipadankan, seperti mata lalat, tulang belut serta insang pari. Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu Bakar atas saran dari Jaafar bin Haji Muhammad, pakaian tersebut diubah dengan menambahkan tiga saku pada baju lelaki serta alas lehernya sama seperti perempuan serta untuk baju perempuan ditambahkan satu saku.
Pada Baju Kurung Teluk Belanga pada bagian lehernya dikaitkan dengan satu kancing. Ada dua macam tipe kancing, kancing "garam sebuku" bila diikat dengan sebiji batu. Yang kedua bila menggunakan beberapa batu maka disebut "kunang-kunang" sekebenu. Bagi laki-laki dipakai dengan cara baju dipakai di luar (menutupi) celana dan kain samping. Contoh pemakaian Baju Kurung Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 1.9 dibawah
Gambar 1.9 Baju Kurung Teluk Belanga. https://www.imomo.me/2019/05/model-baju-teluk-belanga.html |
Pada lelaki ada beberapa tipe celana yang dipasangkan dengan baju kurung. Pada masa itu 'seluar kabul' atau seperti celana Cina tapi pada bagian kaki lebih lebar daripada yang digunakan oleh pakaian barat.
Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu Bakar pada masa pemerintahannya, Jaafar bin Haji Muhammad menetapkan bahwa songkok/ peci hitam dijadikan pakaian Melayu Johor.
Baju Kurung Cekak Musang
Baju Kurung Cekak Musang juga berasal dari Teluk Belanga, Singapura. Pada mulanya ia dinamakan 'baju Wan' diberi nama demikian karena diambil dari seorang penduduk Teluk Belanga yaitu Haji Wan Othman. Suatu ketika, Haji Wan Othman mengenakan baju kurung ketika menghadap raja, yaitu baju cekak musang. Melihat baju yang dipakai Haji Wan Othman begitu indah, diiringi dengan kancing yang dibuat dari emas dan permata, raja terus jatuh hati kepada baju itu. Sejak hari itu, baju Cekak Musang menjadi pakaian bagi anak-anak raja, para pembesar dalam istiadat istana di Johor.
Dalam segi bentuk Baju Kurung Cekak Musang mirip dengan Baju Kurung Teluk Belanga. Perbedaannya terletak pada bagian leher dan kacing. Baju Kurung Cekak Musang memiliki leher yang tegak dan pada bagian belahan depan ditutupi oleh tiga, lima, tujuh atau sembilan anak kancing. Istilah 'cekak musang' merupakan gambaran alami dari leher baju yang bercekak tinggi dengan ukuran 2,5 cm melingkari leher. Bentuk leher dari Baju Kurung Cekak Musang diperkirakan merupakan pengaruh dari budaya India serta timur tengah. Baju ini mulai dipakai di Johor pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim ibni Sultan Abu bakar. Contoh leher baju kurung Cekak Musang dapat dilihat pada Gambar 2.0 dan 2.1 dibawah
Gambar 2.0 Leher Baju Cekak Musang.wikimedia |
Gambar 2.1 Leher Baju Cekak Musang. wikimedia |
Baju Kurung Cekak Musang, dianggap lebih resmi dibanding Baju Kurung Teluk Belanga. Dalam hal pemakaian tidak ada perbedaan mendasar antara Baju Kurung Cekak Musang dan Teluk Belanga. Berbeda dengan Baju Kurung Teluk Belanga, Baju Kurung Cekak Musang dimasukkan kedalam kain samping atau dengan kata lain kain samping menutupi baju. Perbandingan antara Baju Kurung Cekak Musang dan Teluk Belanga dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah.
Gambar 2.2 Perbedaan Baju Kurung Cekak Musang dan Teluk Belanga. https://soscili.my/wp-content/uploads/2016/06/cekak-musang-teluk-belanga-samping.png |
Baju Gunting Cina
Baju Gunting Cina merupakan pakaian yang bersifat santai dan biasanya dikenakan dalam kegiatan sehari-hari. Baik dirumah, dalam menyambut tamu, atau pun saat bersilaturahmi ke kerabat. Ia juga bisa digunakan dalam pertemuan tidak resmi dan biasa dilengkapi dengan celana dan songkok. Di Indonesia Baju Gunting Cina juga dikenal dengan Baju Koko. Gambar Baju Gunting Cina dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Baju Gunting Cina. http://www.fitriastyle.com/ |
Pakaian Pelengkap
Baju kurung juga memiliki beberapa pakaian pelengkap. Pakaian pelengkap ini dipakai bersamaan dengan baju kurung untuk kesempurnaan baju kurung. Ada pakaian pelengkap untuk lelaki dan ada pakaian pelengkap untuk perempuan.
Kelengkapan Laki-laki
Celana
Baju Kurung dapat dipasangkan atau dipadukan dengan seluar atau celana panjang. Jenis celana yang digunakan antara lainCelana/ seluar panjang; celana panjang yang jatuh di atas pegelangan kaki.
Celana/ seluar Aceh; celana panjang yang jatuhnya diatas betis, sedikit dibawah lutut.
Celana/ seluar katuk; celana yang jatuhnya diatas lutut.
Celana/ seluar sampit; celana yang jatuhnya diatas paha.
Bila seorang lelaki hanya memakai baju kurung dengan sarung tanpa memakai celana disebut dengan istilah "ketumbing". Ketumbing ini biasanya digunakan saat didalam rumah atau untuk pergi ke mesjid atau mushola.
Kain Samping
Kain samping merupakan kain sampingan yang juga dipakai bersamaan dengan baju dan celana. Untuk melihat contoh Kain Samping dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Penakaian Kain Samping pada Baju Kurung. id.pinterest.com/pin/435582595183987929/ |
Ada beberapa cara dalam memasang kain samping :
- Ikatan Lingkup- Cara memakai kain yang paling umum, mirip dengan cara memakai sarung untuk keperluan sehari-hari. Kain digulung ke atas dan dilingkup ke bagian depan atau bagian samping.
- Ikatan Pancung- Cara memakai kain samping menggunakan kain lepas. Pertama, kain dililitkan pada bagian pinggang dan sebelum sampai ke ujung kain, kain ini "dipancung", yaitu kain disemat sambil membiarkan ujung kain terkulai ke bawah.
- Ikatan Kembung- Cara memakai kain samping ini biasa dipakai pada saat acara pernikahan adat Melayu oleh mempelai lelaki. Kata "kembung" berasal dari kesan menggembung saat memakai ikatan ini. Kain sarung ditarik ke bagian tengah atau tepi badan unutk kemudian diikat dan disimpul dalam berbagai macam cara agar melekat di pinggang. Ikatan Kembung terdapat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Ikatan Kembung. https://id.pinterest.com/pin/435582595182894323/ |
Kelengkapan Perempuan
1. Kain Dagang
Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian. Dengan tujuan Ini dimaksudkan untuk melindungi diri dari terik matahari. Bila di dalam ruangan, maka kain dagang diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.
2. Sarung
Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan dengan ikatan "ombak mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-ombak). Lipatan ini ada di bagian kiri atau kanan badan.
3. Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih memakai selendang panjang biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul adalah semacam selendang pendek bersulam, disampirkan di bahu apabila sedang memakai kain dagang sebagai kelengkapan baju kurung.
Makna dibalik Baju Kurung
Sebagai suatu adat dan budaya, baju kurung kaya akan makna. Berikut beberapa makna yang terkandung didalamnya.
Arti kata "kurung" dalam Baju Kurung
Ianya memiliki makna bahwasanya orang yang memakainya di "kurung". Dikurung oleh adat dan syarak yaitu syariat Islam.
Pepatah orang-orang tua Melayu mengatakan,
Apabila memakai pakaian Melayu, jaga pelihara aib dan malu. Apabila memakai baju Melayu, duduk jangan membuat malu, tegak jangan mencari seteru, berjalan jangan mengharu biru, bercakap jangan lidah berbulu.
Beberapa adab yang harus diperhatikan ketika memakai baju kurung, yaitu :
- baju Melayu itu hendaklah melambai-lambai ditiup angin.
- baju Melayu itu pantang mendedahkan aib badan, pantang menyingkap malu diri.
- baju melayu itu hendaklah menutup aurat seperti kata pepatah apabila memakai membuka aurat, tanda hidup tidak beradat.
Raja Ali Haji dalam Kitab Pengetahuan Bahasa menuturkan bahwa :
“Adapun pakaian orang melayu dari pada dahulu, sehelai seluar dipakai di dalam, kemudian barulah memakai kain bugis atau sutera, labuhnya hingga lepas lutut, kira-kira sepelempap. Kemudian barulah memakai ikat pinggang, terkadang di luar kain, dan boleh pula di dalam kain. Setelah itu barulah memaki baju “Belah Dada” namanya atau “Baju Kurung” kemudian disisipkan keris. Sebelah keris kepalanya keluar dan tiada meniarap dan sapu tangan, bertanjak. Adapun seluar terkadang seluar ketat berkancing kakinya. Syahdan pada penglihatan mataku sangatlah tampan orang-orang Melayu memakai cara Melayu yang dahulu-dahulu, tiada bengis rupanya. Adapun sekarang ini, yakni masa aku mengarang kitab ini, maka tiadalah aku lihat lagi pakaian orang Melayu seperti pakaian adat istiadat lama, bercampur baur dengan kaidah pakaian orang Inggris dan Holanda”.
Pada masa itu, negeri Melayu sedang dijajah oleh Inggris dan Belanda. Hal itu juga yang menyebabkan berubahnya budaya dan perilaku masyarakat di negeri-negeri Melayu yang mencontoh perilaku orang-orang barat.
Makna dalam Lambang dan Corak Baju Kurung
Setiap pemakaian Baju Kurung ada adat dan ketentuan-keteuntuan tertentu, seperti bentuk, corak, motif, warna serta penggunaannya. Hal ini bertujuan untuk mendidik serta meningkatkan akhlak orang yang menggunakannya.
Corak
Corak yang sering dijumpai antara lain :
Corak "Naga Berjuag" melambangkan legenda tentang naga sang penguasa lautan, gagah berani serta berani berjuang
Corak "Bunga-bunga" melambangkan keindahan, kecantikan serta kesucian
Corak "Semut Beriring" melambangkan sifat gotong royong.
Corak "Itik Pulang Petang" melambangkan kerukunan, persatuan dan tidak berpecah belah.
Warna
Setiap warna memiliki makna tersendiri diantaranya :
Warna Kuning untuk keluarga kerajaan dan bangsawan melambangkan kekuasaan.
Warna Hijau dan Putih untuk alim ulama dan lambang agama Islam dalam masyarakat
Warna Biru untuk petinggi-petinggi Kerajaan sebagai lambang orang patut-patut
Warna Merah untuk masyarakat umum sebagai lambang rakyat sekaliannya.
Warna Hitam untuk Pemangku serta Pemuka Adat sebagaimana peribahasa "Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah". Selain itu Hitam juga dipakai oleh hulubalang serta panglima.
Cara Pemakaian
Dalam hal cara pemakaian, juga memiliki makna tersendiri.
Sebagai contoh bagi kaum lelaki
Untuk Raja, Kepala Kainnya boleh ditempatkan disebelah mana saja (bebas), tetapi lazimnya sebelah belakang berat ke depan kanan atau sebelah kanan berat ke depan.
Bagi Putra Mahkota atau Putra Raja, kepala kainya sebelah kanan berat ke depan,
Bagi Orang Besar Kerajaan, Kepala Kainnya sebelah belakang berat ke kiri.
Bagi kaum Bangsawan, Kepala Kain atau Muka Kainnya ditempatkan sebelah belakang berat ke kanan.
bagi Datuk-Datuk Kepala Kainnya sebelah kiri berat ke depan.
Bagi orang Awam, Kepala Kainnya dibelakang penuh.
(Drs. Abdul Malik, M.Pd).
Cara Pemakaian Kain
Lambang dalam menempatkan Kedalam kain; untuk Orang Patut-Patut, kedadalaman kainnya agak sedikit dibawah lutut. Untuk Orang Muda dan Hulubalang kedalaman kainnya agak sedikit ke atas lutut. Untuk Orang Awam kedalaman kainnya labuh ke bawah. Jika menggunakan selempang, maka selempangnya mesti disebelah kanan. Sedangkan menurut keterangan dari H. Tennas Effendy, semua orang laki-laki yang telah berumur, memakain kain mesti dibawah lutut. Semakin tua dia, maka semakin labuhlah kainnya.
Dalam memahami Baju Kurung dan Baju Melayu ada beberapa buku yang bisa dijadikan sumber acuan. Diantaranya adalah
Referensi Buku
Dalam memahami Baju Kurung dan Baju Melayu ada beberapa buku yang bisa dijadikan sumber acuan. Diantaranya adalah
1. Tunjuk Ajar Melayu oleh Tenas Effendy
Gambar 2.6 Tunjuk Ajar Melayu oleh Tenas Effendy. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tunjuk-ajar-melayu-dan-tennas-effendy/ |
2. Pakaian Patut Melayu oleh Mohd Said Sulaiman.
Gambar 2.7 Pakaian Patut Melayu cetakan Jawi. Jantungmelayu.com |
3. Pakaian Cara Melayu oleh Siti Zainon Ismail
Gambar 2.8 Pakaian Cara Melayu oleh Siti Zainon Ismail. https://www.goodreads.com/author/show/668233.Siti_Zainon_Ismail |
Sumber Artikel
https://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kurung
https://id.wikipedia.org/wiki/Baju_kurung
https://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_Melayu
http://disbud.kepriprov.go.id/pakaian-tradisional-baju-kurung/
https://natunakab.go.id/baju-dan-pakaian-melayu/
https://iamlejen.com/sejarah-serta-asal-usul-baju-teluk-belanga-dan-cekak-musang-berdasarkan-buku-pakai-patut-melayu/#.XoYS-IhKjIU
Post a Comment for "Perkembangan dan Sejarah Baju Kurung dan Baju Melayu"